Minggu, 27 November 2016

Antara Islam, Demokrasi, dan HAM (Fiqh Siyasah)

FIQH SIYASAH
Antara Islam, Demokrasi, dan HAM

1.      Pengertian Demokrasi
         Secara etimologis (bahasa) “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein (demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
         Pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b.      Sidney Hook, demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c.       Menurut Internasional Commision of Jurits dalam konfensinya di Bangkok, Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. Inilah yang disebut sebagai demokrasi berdasarkan perwakilan (representative democracy).[1]
Negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburg-nya mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. “government of the people, by he people, and for the people”. Artinya kedaulatan tertinggi dalam sistem demokrasi ada ditangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Hakikat suatu pemerintahan yang demokratis bila ktiga hal diatas dapat dijalankan dan ditegakkan dalam tata pemerintahan.
a.       Pemerintahan dari rakyat
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah dan diakui dan pemerintah yag tidak sah dan tidak diakui di mata rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Sebaliknya pemerintah yag tidak sah dan tidak diakui berarti suatu pemerintahan yang tidak mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat.
b.      Pemerintahan oleh rakyat
Mengandung arti bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan dan keinginannya sendiri. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaan, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat.
c.       Pemerintahan untuk rakyat
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus didahulukan diatas kepentingan segalanya. Untuk itu pemerintah harus mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan dan program-programnya, bukan sebaliknya hanya menjalankan aspirasi keinginan diri, keluarga, dan kelompoknya.[2]
Kaidah-kaidah dalam demokrasi antara lain, ta’aruf atau saling mengenal, syura atau musyawarah, ta’awun atau kerja sama, mashlahah atau menguntungkan masyarakat, ‘adl atau adil, dan taghyir atau perubahan[3]

2.      Demokrasi dalam Islam
a.       Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
Kebebasan berbicara dan berpendapat adalah bagian dari syura (musyawarah). Syura atau musyawarah berasal dari bahasa Arab, dari kata syura yang berarti sesuatu yang tampak jelas. Kata syura diambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah, kemudian maknanya berkembang mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk mengeluarkan pendapat.
Di dalam al-qur’an, terdapat ayat yang akar katanya menunjukkan keharusan bermusyawarah, yaitu (1) surat al-Baqarah [2] ayat 233, surat an-Nisa’[4] ayat 34, (2) surat Ali Imran [3] ayat 159, dan (3) surat asy-Syura [42] ayat 38. Ayat-ayat yang berhubungan dengan musyawarah ini menunjukkan suatu perintah musyawarah sebagai kewajiban hukum bagi kaum muslim dan merupakan salah satu dasar pemerintahan Islam.
b.      Kebebasan dari ketakutan
Upaya membebaskan warga dari rasa ketakutan perlu adanya aturan untuk bekerjasama, tolong menolong dalam kebaikan, termasuk bersatu dalam menghadapi para penjahat dan larangan berkerjasama, tolong menolong, berserikat dalam melakukan dosa dan pelanggaran.
c.       Kebebasan berserikat dan berkumpul
Menurut pandangan Islam, manusia selain mutlak harus bertuhan, juga mutlak harus bermasyarakat sebab kalau tidak, manusia itu akan diliputi kehinaan. Umat Islam adalah masyarakat yang komunal bukan masyarakat yang individual. Selanjutnya Islam menekankan bahwa semua manusia adalah umat yang satu dan bersaudara. Berdasarkan pandangan itu saja sudah cukup untuk menjelaskan bahwa sebagai orang yang bersaudara tentulah berkumpul dan berserikata adalah keharusan bukan sekedar kebebasan.
d.      Kebebasan berkomunikasi dan memperoleh informasi
Manusia sebagai makhluk sosial mutlak perlu berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam berkomunikasi itu ia dapat memperoleh dan memberi informasi kepada manusia lainnya. Berhubungan dengan hal itu maka hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Informasi yang baik akan berguna untuk mengembangkan iri pribadinya dan lingkungan sosialnya. Akan tetapi, apabila informasi yang diperoleh itu adalah informasi yang salah dan menyesatkan, bisa mendatangkan kesusahan. Oleh karena itu informasi yang dicari dan didapatkan harus diolah agar dapat dijadikan bahan untuk pengembangan diri.
e.       Kebebasan memilih tempat tinggal
 tA$s% $pkŽÏù tböquøtrB $ygÏùur tbqè?qßJs? $pk÷]ÏBur tbqã_tøƒéB ÇËÎÈ
"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS Al-A’raf: 25)[4]
Penunjukkan tempat tinggal di bumi memberi syarat bahwa manusia itu bebas memilih tempat tinggal yang cocok bagi mereka. Bumi yang disediakan oleh Allah untuk tempat hidup, tempat mati, dan tempat dibangkitkan bagi manusia menjelaskan dengan pasti bahwa manusia itu boleh memilih tempat tinggal yang disukainya. Adapun batas-batas teritorial yang ditetapkan oleh negara-negara itu adalah kecenderungan politik saja yang membagi dan menetapkan negara-negara dengan unsur-unsur adanya rakyat yang bersatu, pemerintah yang berdaulat dan wilayah teritorial tertentu.
f.       Persamaan hak
Dalam ajaran Islam, adanya umat yang satu ialah karena manusia seluruhnya adalah ciptaan Allah SWT, mempunyai kakek dan nenek moyang yang sama yaitu Nabi Adam as dan Siti Hawa dank arena itu semua manusia bersaudara, suatu persaudaraan yang universal yang oleh Boisard disebut persaudaraan teosentrik (berpusat kepada Tuhan), artinya Allah sebagai Pencipta seluruh manusia menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dan Allah jualah yang menetapkan syariat bahwa manusia itu adalah umat yang satu dan bersaudara semua. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan Allah. Adanya persatuan maka tidak ada peluang untuk timbulnya sifat-sifat buruk.
Persamaan yang ada dalam Islam diantaranya adalah persamaan kepemilikan sumber daya alam yang bisa disapatkan di darat dan laut, persamaan dalam hak mengeluarkan pendapat, perasaan untuk terhindar dari perasaan ketakutan, persamaan untuk bebas dari kemiskinan, persamaan harkat dan martabat manusia.
g.      Kesetaraan laki-laki dan perempuan
Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya dan tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. (QS An-Nisa’: 152)
Selanjutnya Allah juga menetukan bahwa derajat yang dicapai oleh manusia, laki-laki atau perempuan, tergantung dari amal perbuatan mereka atau apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-Ahqof: 19)
Harus diakui, bahwa kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam bukanlah berarti kesamaan dalam segala-galanya. Allah sebagai Tuhan pencipta manusia telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan fisik yang berbeda-beda secara kodrati antara lain, bahwa perempuan bisa hamil sedangkan laki-laki tidak. Perbedaan lain adalah mengenai warisan, sebagaimana yang tertera pada QS An-Nisa: 11, warisan seorang anak perempuan adalah seperdua dari yang didapat oleh laki-laki.
h.      Hak suaka atas politik
Orang-orang yang merasa teraniaya di negerinya biasanya meminta perlindungan atau suaka politik di negara lain. Hal ini pada umumnya berhubungan dengan masalah politik yang dianut oleh suatu negara yang kadang-kadang ada golongan tertentu dalam golongan tersebut yang aliran politiknya berbeda dengan penguasa sehingga dimusuhi oleh penguasa. Mereka yang merasa tidak aman dalam negerinya mencari perlindungan atau suaka politik ke negara lain.
Ketentuan pemberian suaka atau perlindungan politik, jelas dan tegas tidak akan memberikan suaka kepada para penjahat dari ketentuan syari’at Islam, misalnya para koruptor di negaranya lalu lari ke luar negeri meminta suaka, dalam pandangan Islam tidak akan diberi suaka. Sebaliknya kalau yang meminta suaka itu orang yang di negaranya berjuang untuk misalnya menegakkan demokrasi ala Islam yaitu musyawarah tetapi berhadapan denga aliran politik penguasanya yang dictator, maka ia berhak mendapatkan suaka politik. Jadi, dalam aturan Islam, pemberian suaka politik bersifat selektif, tergantung kebaikan dan tidaknya perbuatan yang bersangkutan dilihat dari syari’at Islam.
i.        Hak dan kewajiban membela negara
Persatuan umat dalam ajaran islam adalah hal penting yang sangat ditekankan, seperti yang ditegaskan dalam al-quran surat Al-Maidah ayat 2, Allah memerintahkan kepada manusia agar tolong menolong mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dalam hal ini persatuan dan kebersamaan menghadapi musuh atau perusuh adalah hal yang paling penting dan utama. Pencantuman persamaan kewajiban untuk membela negara adalah salah satu asas persamaan yang adil, oleh karena dalam upaya membela negara, yang dipertaruhkan adalah jiwa, raga, tenaga, juga harta.
j.        Hak atas perlindugan kebebasan pribadi
Privasi atau kebebasan atau keleluasaan peribadi adlah salah satu kebebsan yang sangat dilindungi islam. Allah melarang orang berprasangka buruk karena merupakan dosa.[5]

3.      Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM dalam Islam dikenal dengan istilah huquq al-insan ad-dhoruriyyah dan huquq Allah. Dalam Islam antara huquq al-insan ad-dhoruriyyah dan huquq Allah tidak dapat dipisahkan atau berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya keterkaitan satu dengan lainnya.
Menurut pendapat Jan Materson (dari Komisi HAM PBB), HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap diri manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati (Masyhur Effendi, 1994).
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 menyebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM diatas, diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan sangat mendasar sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.[6]

4.      Hak Asasi Manusia dalam Islam
HAM pada lingkungan Islam, seperti pesantren, pada umumnya merupakan sesuatu hal yang baru. Di kalangan pesantren, terdapat dua konsep hak, yakni haq al-insan dan hak Allah (hak manusia dan hak Allah) dimana setiap hak itu melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia, demikian juga sebaliknya. Pembagian hak ini menjadi dasar bagi ketentuan-ketentuan normatif dalam Agama Islam, sehingga hal-hal yang menyangkut hak manusia urusannya harus dengan manusia sendiri, baru kemudian dengan Allah.
Masalah yang terjadi sekarang adalah sultan, amir, atau khalifah yang dijustifikasi keberadaannya di muka bumi untuk menegakkan hak-hak yang dilanggar oleh orang lain, ternyata malah merebut keseluruhan hak-hak itu. Hak-hak yang direbut tersebut bukan hanya hak manusia tetapi juga merambah pada hak Allah yang mestinya ditegakkan untuk ketenteraman manusia. Hak Allah diambil oleh kekuasaan, sehingga penguasa memfungsikan diri sebagai Allah dan memaksakan orang serta member sanksi.
Yang dipahami di lingkungan pesantren adalah tentang 5 prinsip HAM, yaitu:
a.       Hak perlindungan terhadap jiwa atau hak hidup. Barangsiapa yang membunuh atau melenyapkan suatu jiwa, maka perbuatan itu sama nilainya melenyapkan seluruh jiwa. Barangsiapa yang menghidupi atau menjamin kehidupan satu jiwa, maka nilainya sama dengan seluruh jiwa.
b.      Perlindungan keyakinan. Perlindungan keyakinan ini dituangkan dalam ajaran lakum diinukum waliyadiin (bagimu agamamu, bagiku agamaku). Oleh karena itu, tidak boleh ada pemaksaan dalam memeluk agama.
c.       Hak perlindungan terhadap akal pikiran. Hak perlindungan terhadap akal pikiran diterjemahkan dalam perangkat hukum yakni tentanh haramnya makan atau minum hal-hal yang bisa merusak kesadaran pikiran. Barangsiapa yang melanggar hal itu akan diberikan hukuman. Selain itu, hak perlindungan terhadap akal juga diterjemahkan dalam hak perlindungan terhadap kebebasan berpendapat dan hak-hak pendidikan.
d.      Perlindungan terhadap hak milik. Perlindungan ini diterjemahkan dalam hukum tentang keharaman mencuri dan hukuman yang keras terhadap pencurian hak milik yang dilindungi secara sah. Kalau diterjemahkan lebih jauh hak ini dapat dipahami sebagai hak bekerja atau memperoleh pendapatan yang layak.
e.       Hak berkeluarga atau hak memperoleh keturunan dan mempertahankan nama baik. Hak mempertahankan nama baik diterjemahkan dalam hukum yang begitu keras terhadap orang yang melakukan perbuatan zina.[7]



[1] Rapung Samuddin, Lc, M.A. Fiqh Demokrasi, Jakarta: Gozian Press, hlm: 163-165
[2] Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2000, hlm: 110-112
[3] Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan, 1997, hlm: 91-105
[4] Mushaf Al-Azhar. Bandung: Jabal. 2010. hlm: 153
[5] Dr. Muhammad Alim, SH., M. Hum., Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam, Yogyakarta: LKiS, hlm: 159-231
[6] Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2000, hlm: 200-201
[7] Sobirin Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm: 101-108

ARTIKEL : PERPUSTAKAAN

SIHIR DALAM PERPUSTAKAAN

Jika mendengar kata ‘sihir’, kira-kira apa yang terlintas dalam otak kalian? Adakah dari memori otak kalian yang menuju pada sebuah film fantasi Harry Potter? Film ini tidaklah asing bagi telinga kita. Saat kita menonton film ini, seolah-olah kita masuk ke dalam dunia sihir. Lihatlah sekolah penyihir yang digunakan oleh Harry untuk belajar sihir lebih dalam. Di sana terdapat perpustakaan dengan berbagai macam buku sihir yang menakjubkan. Ingatkah kalian pada buku sihir yang berisi cara membuat ramuan Polijus? Bila seseorang membuat dan meminum ramuan ini dengan baik, maka orang tersebut akan berubah wujud menjadi orang lain. Ada banyak buku-buku hebat di sana.
            Di dunia nyata, perpustakaan yang kita miliki saat ini juga memiliki daya sihir yang luar biasa. Sadar atau tidak sadar, percaya atau tidak percaya, perpustakaan bisa membuat pikiran dan perilaku seseorang menjadi lebih baik. Perpustakaan dapat memberikan pengaruh positih terhadap diri kita. Sayangnya, banyak diantara kita yang menganggap hal itu adalah sepele. Faktanya, masih ada orang yang merasa berat jika menginjakkan kaki ke perpustakaan. Perpustakaan hanya menjadi penghias sebuah sekolah.
            Sungguh disanyangkan apabila perpustakaan hanya dijadikan sebagai gudang buku saja tanpa ada yang menyentuh buku-buku itu. Padahal seribu satu macam sihir yang bisa menjadikan cita-cita kita terwujud ada di perpustakaan. Ada beberapa pengaruh sihir di perpustakaan bagi diri kita, antara lain, yang pertama adalah ‘tidak tahu menjadi tahu’. Orang yang berada di perpustakaan akan merasa penasaran dengan buku-buku yang tertata di masing-masing rak buku. Pertama mungkin hanya melihat-lihat saja, ia melihat cover dan judul buku-buku tersebut. Kemudian rasa tertarik pada salah satu buku pun muncul. Maka, orang tersebut mengambil dan membaca buku tersebut. Dengan membaca, wawasan dan pengetahuan kita tentu akan bertambah. Perpustakaan adalah tempatnya buku. Buku adalah tempatnya ilmu. Dan ilmu mengantarkan kita pada cita-cita yang kita harapkan. Walaupun hanya satu kata yang kita baca, namun akan berpengaruh besar pada impian kehidupan kita.
Kemudian pengaruh sihir yang kedua adalah ‘sukses’. Orang yang sering membaca buku, ia akan memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Perpustakaan menyediakan banyak bahan-bahan ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang sering membaca, otaknya akan berjalan dan menciptakan ide-ide baru. Awal dari kesuksesan itu sendiri adalah dengan membaca.
Pengaruh sihir yang ketiga yaitu ‘tawadlu’. Semakin berisi semakin menunduk. Pepatah tersebut sudah sangat populer di telinga kita. Dengan ilmu, orang akan semakin rendah hati. Ia tak menunjukkan sikap sombong bahkan sikap merasa dirinya paling tahu. Saat kita membaca, posisi kepala kita menunduk dan diri kita membutuhkan keheningan. Saat itulah, konsentrasi untuk memahami dan mendalami isi buku tersebut muncul. Posisi yang seperti inilah akan membuat kita nyaman dan semakin rendah hati.
Pengaruh sihir yang selanjutnya adalah ‘toleransi’. Di perpustakaan bukan hanya satu orang yang berkunjung, tetapi banyak orang. Di sana kita akan dilatih untuk lebih bersikap menghormati orang lain. Slogan “jangan berisik !” tentunya ada di setiap perpustakaan. Slogan ini menyuruh kita untuk tidak bersuara keras. Kita boleh berdiskusi di perpustakaan, namun kita juga harus mengetahui situasi dan kondisi di sana. Tidak harus berkata dengan nada tinggi, namun lebih menjaga ucapan kita agar orang lain tidak terganggu.
Masih banyak pengaruh sihir yang ada di perpustakaan. Sihir itu akan tercipta jika kita berpartisipasi terhadap perpustakaan, yaitu bukan hanya mengunjunginya saja, namun dengan cara membaca, membaca, dan membaca. Bermainlah dengan sihir-sihir perpustakaan dan jadikan perpustakaan sebagai sarana belajar yang menyenangkan. Agar ilmu yang akan kita gali akan lebih cepat didapat dan akan berefek pada kesuksesan kita semua.


Mutiara Rahmawati

CERPEN

KISAH MANIS SANG IMAM

Mentari pagi mulai meninggi, menampakkan sinarnya yang perkasa. Diam-diam sinarnya menyelinap diantara rimbunnya pepohonan. Kristal-kristal bening diantara dedaunan nan hijau, perlahan menguap. Ranting-ranting kering dan daun-daun yang menguning berguguran. Angin berhembus spoi-spoi, menerbangkannya ke setiap penjuru halaman.
Udara segar kaya oksigen sangat terasa di Minggu pagi ini. Semua makhluk menyambutnya dengan penuh suka cita. Tumbuhan meliuk-liuk mengikuti arah angin. Burung-burung beterbangan kesana-kemari memulai rutinitasnya. Juga manusia-manusia yang berlalu lalang melakukan aktivitasnya.
Asap mengepul dari hasil pembakaran gundukan sampah kering di pelataran pondok pesantren. Suara geretan sapu lidi seperti saling bersahutan antara satu dan yang lainnya. Canda dan tawa yang diciptakan membuat suasana roan Minggu ini semakin hidup. Puluhan santri berpeci dan bersarung tengah bersemangat gotong-royong membersihkan rumah kedua mereka, pondok pesantren.
Punggung Imam melengkung hampir 90° saat ia menyapu menggunakan sapu lidi yang pendek. Tangannya menggoyangkan sapu lidi dengan pelan dan arahnya semrawut. Sampah-sampah melompat kesana-kemari tak karuan. Semangatnya seolah-olah terpendam dari balik wajahnya yang tampan. Biasanya pria berkulit putih ini paling semangat saat roan dan malah sering menyuruh teman-temannya yang terlihat malas untuk segera bergabung dalam semangatnya. Namun, tidak seperti biasanya, kali ini Imam terlihat lesu. Matanya menerawang jauh entah kemana. Ia tidak lagi memperhatikan sampah-sampah di hadapannya. Yang ada hanya lamunan di pikirannya.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk punggung kanan Imam dengan keras. Imam terperanjat dan mendapati Iqbal yang berada tepat di belakangnya. Iqbal berhasil membuyarkan lamunan Imam. Iqbal tertawa geli melihat ekspresi wajah Imam ketika kaget. Dengan puasnya, Iqbal menambah volume tawanya. Ia tertawa sejadinya.
Saat sedang asyik tertawa, tiba-tiba sapu lidi melayang dan mengenai bokong seorang Iqbal. Sontak Iqbal meringis kesakitan sembari mengusap-usap bokongnya. Iqbal berhenti tertawa ketika sapu lidi akan melayang untuk kedua kalinya.
“Ampun, Mam! Ampun! ‘afwan, Mam!” (teriak Iqbal sembari menangkis tangan Imam yang akan memukulnya kembali dengan sapu lidi)
Sontoloyooo…. Enak aja kamu, Bal. Jantungku mau copot tahu?” (kata Imam yang akan melayangkan sapu lidinya lagi)
“Oke oke…. Sebentar to, Mam. Ada yang mau aku omongin, nih.” (kata Iqbal yang masih terus menahan Imam)
“Halah…. Kamu, tuh. Kalau niatnya mau ngomongin sesuatu, tinggal ngomong aja. Enggak perlu mukul-mukul punggung orang gitu.” (Imam menggerutu)
“Iya, deh. Iya, Mam. Maaf maaf. Hehehe.” (kata Iqbal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal)
Imam meletakkan sapu lidinya di dekat pohon mangga. Ia mengajak Iqbal untuk duduk di bawah pohon mangga tersebut sembari istirahat mengurangi rasa penat mereka. Imam mengipas-ngipaskan peci ke arah wajahnya. Angin perlahan mengeringkan keringat Imam. Ia benar-benar menikmati suasana sejuk nan rindang di bawah pohon mangga tersebut.
“Mam, tadi malam, kamu kemana aja, sih? Udah lihat grup?” (tanya Iqbal)
“Eh, sorry, Bal. Tadi malam, HP ku mati. Jadi aku off. Kenapa emang?” (Imam balik bertanya)
“Udah…. Lihat aja di grup BBM. Rame pokoknya.” (Iqbal tersenyum)
Iqbal kemudian segera meninggalkan Imam tanpa pamit ataupun salam. Ia pergi begitu saja. Imam heran memperhatikan tingkah laku Iqbal. Dalam hatinya juga bertaya-tanya tentang apa yang terjadi di grup BBM kelasnya? Sepertinya kehebohan telah melanda grup.
Malam itu, setelah Imam merasakan masa-masa sulit dalam hidupnya, ia tertidur pulas dan bangun saat adzan subuh berkumandang. Ia ingin meninggalkan segala mimpi buruknya. Namun mimpi itu hanya menghilang saat ia tidur dan menghantui kembali saat ia bangun. Mimpi buruk itu yang membuat pikirannya melayang jauh entah kemana. Mimpi yang membuat aktivitasnya terasa kacau. Mimpi yang membuatnya ingin lari dari kenyataan.
Hari Sabtu kemarin, Iqbal dan teman-teman kelasnya mendapatkan tugas sekolah mata pelajaran matematika. Tugasnya adalah mengetik ulang sekaligus mengerjakan Bab Bangun Ruang. Tugas ini dikumpulkan paling lambat pukul 00:00. Jika mengumpulkan lebih dari waktu tersebut, maka ia tidak akan mendapat nilai dan tidak diperbolehkan mengikuti mata pelajaran tersebut selama 3 kali pertemuan. Begitulah ancaman dari Pak Raden, sapa anak kelas kepada guru matematika mereka yang terkenal galak.
Karena waktu pulang sekolah adalah pukul 15:00, sedangkan pukul 16:00 adalah jadwal ngaos Quran di pondok pesantren, akhirnya Imam memutuskan untuk mengerjakan tugasnya bakda ngaos Kitab Kuning selepas salat ‘Isya. Rasa kantuk dan lelah harus ia tahan. Jika ia telat mengumpulkan, otomatis ia akan mendapatkan konsekuensinya. Ia tak mau hal itu terjadi hanya karena kantuk dan lelah. Ia bangkit dan semangat untuk mengerjakan tugas.
Imam mondar-mandir kebingungan. Di pondok pesantren tak satupun santri membawa laptop. Ia harus pergi ke rumah teman kelasnya untuk meminjam laptop. Pukul 21:00 Imam meminta ijin kepada pengurus untuk keluar sebentar. Untungnya Imam diijinkan. Hal ini karena keadaan yang mendesak. Selain itu, rumah temannya juga tidak terlalu jauh dari pondok pesantren. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk berjalan.
Imam telah sampai di tempat tujuannya. Ia segera meminta tolong untuk dipinjamkan laptop kepada Adi. Sebagai seorang teman, Adi memang sangat baik kepada Imam. Tentunya, dengan senang hati, Imam dibolehkan untuk meminjam laptop.
Soal demi soal Imam kerjakan dan diketik dengan teliti. Ia ditemani Adi di ruang tamu. Tak segan-segan, Adi menyuguh Imam dengan kopi susu dan beberapa jajan kriyikan. Imam sangat berterima kasih kepada Adi karena telah membantunya.
Pukul 22:30 tugas telah selesai. Semua file telah ia pindahkan ke flashdisknya. Ia segera berpamitan kepada Adi. Imam berjalan setengah berlari menuju rumah ketua kelasnya. Ternyata, rumah sang ketua kelas juga tidak begitu jauh dengan rumah Adi. Sama seperti jarak pondok pesantren ke rumah Adi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk berjalan.
Imam bertemu Roni sang ketua kelas di teras rumah. Imam pun menyatakan tujuan kedatangannya. Ia segera menyerahkan flsahdisknya. Imam mulai tersenyum bahagia karena ia bisa mengumpulkan tugasnya tepat waktu. Namun, senyum bahagia itu tiba-tiba menghilang seketika. Wajah Imam mulai terlihat pucat karena ternyata flashdisknya tidak dapat dibuka. Imam panik, ia bingung harus berbuat apa. Berkali-kali flashdisknya dicoba, namun tetap tidak ada hasilnya.
Imam memutuskan untuk kembali ke rumah Adi untuk mencoba mengirim kembali file tugasnya. “Mungkin tadi belum masuk.” (pikir Imam)
Setelah dikirim, Imam bergegas dan lari menuju ke rumah Roni. Roni menerima flashdisknya dan dikirim kembali ke laptopnya. Hasilnya seperti awal, flashdisknya tidak dapat dibuka. Hatinya sangat sakit melihat kejadian tersebut. Rasa kantuk dan lelah serta semua perjuangannya untuk mengerjakan tugas itu, seolah-olah terhempas begitu saja. Ia tak mendapatkan apa-apa. Yang ada hanyalah zonk. Imam terduduk meratapi nasibnya. Roni berusaha menenangkan pikiran Imam. Ia akan segera mencarikannya jalan keluar.
“Huft…. Sudahlah, Ron. Makasih udah mau ngasih bantuan. Tapi, waktu udah makin mepet dan itu enggak mungkin. Aku pasrah aja, Ron. Yang penting aku udah ada usaha buat ngerjain tugas itu, kalau memang hasilnya seperti ini, aku serahin semuanya sama Allah. Aku pulang ya, Ron. Assalamualaikum….” (ujar Imam sembari meninggalkan rumah Roni)
Kepala Imam terasa berat. Ia tak kuat membawanya. Kepalanya seperti ingin jatuh. Dadanya terasa sesak. Nafasnya tersengal-sengal. Ia berjalan sempoyongan. Ingin rasanya ia teriak sekencangnya. Namun, mulutnya seolah-olah terkunci. Astaghfirullahal ‘adziim. Batinnya mencoba untuk terus mengucapkan kalimat itu.
Sesampainya di pondok pesantren, Imam menghempaskan tubuhnya ke lantai kamarnya. Ia terbaring tak berdaya. Matanya memandang langit-langit kamar. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ternyata ada pesan di BBM dari sang ketua kelas.
Kamu tenang aja, Mam. Aku akan cari jalan keluar J
Pesan tersebut tak membuat Imam bergeming. Ponselnya segera dimatikan dan diletakkan sejauh-jauhnya. Imam mengatur posisi senyaman mungkin. Perlahan ia pejamkan mata. Imam akan mulai memasuki alam indahnya. Meninggalkan mimpi-mimpi buruknya. Meninggalkan segala beban masalah hidupnya. Setelah beberapa detik, nafas Imam kembali teratur. Detak jantungnya kembali normal. Yang ia lihat hanyalah bayang-bayang hitam berhiaskan kerlap-kerlip bintang.
Adzan subuh membangunkan Imam dari tidurnya. Ternyata hari Sabtu telah berganti hari Minggu. Imam berusaha untuk tidak mengingat kejadian tadi malam. Namun, memorinya telah mengunci kejadian itu dengan seribu gembok. Setiap kali mata Imam berkedip dan juga saat matanya terbuka, bayang-bayang kejadian tadi malam terus menghantui pikirannya. Ia berharap, kegiatan roan nanti dapat menghapus semua itu. Biasanya banyak teman-teman yang bercanda tawa saat roan. Namun kenyataannya, canda tawa mereka tidak dapat membuat Imam melupakan semua itu. Hingga akhirnya Iqbal mengagetkan dirinya dan memberikan informasi mengenai suatu hal di grup BBM kelas. Imam yang mulai penasaran, akhirnya membuka grup BBM kelasnya.
Imam mengernyitkan dahi. Matanya dengan jeli membaca obrolan di grup BBM kelas. Sungguh sayang beribu sayang, tadi malam ia melewatkan ramainya grup ini. Ia benar-benar tak menyangka. Bibirnya mulai ditarik ke kanan dan kiri beberapa sentimeter. Senyum manis menghiasi wajah Imam. Matanya berbinar penuh keharuan.
Temen2…. Maaf sblmnya mengganggu. Ada salah satu temen kita yg lagi butuh bantuan, nih. Tadi Imam udah ngerjain n mau ngumpulin tugas matematika, tapi filenya gk bisa dibuka. Tolong Imam ya, guys. Kasian dia di pondok gk ada lepi L Sekarang sisa waktu pengumpulan tinggal 45 menit. Gimana guys?
(Pesan singkat telah dikirim oleh Roni, sang ketua kelas)
Okeeee…. Ayo! Kita bantuin J Eh, tapi kita harus ngapain, nih?
(Balasan dari Erik segera muncul beberapa menit kemudian)
Bagus…. Tenang aja, aku udah atur semuanya. Buat Erik, aku kasih kamu tugas ngetik, soalnya diantara tmen2 lain, kamu yg paling cepet ngetiknya. Dan buat tmen2 lain, tlong cari jawaban dari soal2nya Imam. Ntar kalo semua udah beres, langsung kirimin ke aku. Gmn? Setuju?
(Roni mulai memberi komando)
Setuju!!!
Shiiip!!!
Beres, bos!!!
(Respon dari berbagai pihak mulai berdatangan)
Imam yang membaca pesan-pesan tersebut, masih belum bisa percaya. Berkali-kali ia menepuk pipi kanannya, kemudian ganti pipi kiri. Imam merasakan sakit. Ia tidak bermimpi sekarang. Ini benar-benar nyata. Di grup sangat ramai dengan obrolan teman-teman kelas. Mereka sibuk cari jawaban, kemudian mengetik, hingga akhirnya bisa menyelesaikan tugas Imam tepat waktu. Imam sangat terharu. Matanya tiba-tiba mulai berkaca.
Esoknya, Imam berangkat ke sekolah. Langkahnya yang mantap memasuki bangunan kokoh yang selalu menunggu kehadirannya. Imam melihat ke sekelilingnya. Memandang sekolah tercintanya yang dengan gagah berdiri dibawah langit biru yang cerah. Terlihat siswa-siswi saling bertegur sapa. Menceritakan pengalaman-pengalaman mereka selama weekend. Tak ketinggalan para guru yang juga saling bersenda gurau antara satu dengan yang lainnya. Senin kali ini, mereka awali dengan perasaan bahagia dan syukur yang mendalam.
Riuh suasana kelas seketika pecah saat Imam menjejakkan kaki tepat di depan pintu kelasnya. Imam berjalan dengan tegap, masuk kelas dan berdiri di hadapan teman-temannya. Semua penghuni kelas terheran-heran melihat Imam. Semua memperhatikan gerak-gerik Imam dengan saksama. Semua mata memandang ke satu tujuan, Imam.
“Assalamualaikum wr. wb.” (Imam memberikan salam kepada teman-teman)
“Waalaikumussalam wr. wb.” (Semua menjawab salam Imam)
Semua penasaran tentang tujuan Imam yang tidak biasanya melakukan hal seperti itu.
“Teman-teman yang saya cintai. Sebelumnya, pasti teman-teman heran dan bertanya-tanya, kenapa saya berdiri dihadapan teman-teman semua?” (Imam mengawali pembicaraannya)
Semua mengangguk. Imam tersenyum dan tertawa kecil.
“Teman-teman, saya sudah baca obrolan kalian di grup BBM kemarin malam. Saya benar-benar terharu atas apa yang telah kalian lakukan. Sebelumya saya minta maaf, saya telah merepotkan kalian semuanya. Saya telah mengganggu ketenangan malam kalian. Sehingga kalian harus bersusah payah menyelesaikan tugas saya. Saya benar-benar minta maaf. (Imam menundukkan kepala beberapa detik lalu mengangkat kepalanya pelan) Kemudian, saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kepedulian dan pertolongan kalian. Maaf saya tidak bisa memberikan balasan apa-apa kepada teman-teman semua. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Saya bangga dan bersyukur mempunyai teman seperti kalian. Kalian ada saat saya mengalami kesulitan. Saya tidak akan lupa dengan kebaikan kalian. Terimakasih…. Terimakasih banyak…. Teman-teman.”
Imam menghembuskan nafasnya dengan lega. Semua terpana saat Imam menyampaikan hal tersebut. Semua tidak percaya jikalau yang dihadapan mereka adalah Imam. Walaupun Imam sering berpartisipasi dalam memajukan kelasya, namun Imam terkenal pendiam dan hanya bergaul dengan teman laki-laki saja. Dan hari ini, tiba-tiba ia mngeluarkan segala unek-uneknya di depan kelas, di hadapan seluruh teman-temannya. Banyak yang tidak percaya, khususnya kaum hawa yang melongo dari awal Imam berkata hinnga titik akhir.
“Haaa? Imam? Itu kamu?” (ucap Nadea tecengang)
“Iya…. Itu benar kamu, kan Mam? Kok kamu bisa ngomong kaya gitu? Dapat kata-kata darimana, Mam?” (kata Nisa terheran-heran)
Imam tidak menjawab dengan kata-kata. Hanya senyum kecil menghiasi bibirnya.
“Iya, Mam, iya. Nyantai aja kali. Kita semua kan teman. Ini nih gunanya teman. Ada saat kamu membutuhkan. Kamu juga udah baik banget sama kita-kita. Jadi, sekarang kita yang balas kebaikan kamu, Mam.” (ujar Roni yang kemudian merangkul bahu Imam)
 Tiba-tiba bel berdering. Ini pertanda upacara akan segera dilaksanakan. Semua siswa berbondong-bondong ke lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Mereka segera berjajar dan berbaris dengan tertib dan rapi. Memberikan hormat kepada sang merah putih. Dalam hati, dalam jiwa mereka, berkobar semangat persatuan dan kesatuan serta persaudaraan untuk bersama-sama menyongsong hari esok nan gemilang.
***