Sabtu, 26 November 2016

Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Dakwah (FILSAFAT DAKWAH)

FILSAFAT DAKWAH
Pengertia dan Ruang Lingkup Filsafat

1.      Pengertian Filsafat Dakwah
Filsafat berasal dari bahasa arab “Falsafah” yang diturunkan dari bahasa Yunani philosophia. Kata philoshopia sendiri terdiri dari dua kata, yaitu kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti senang/sangat suka dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keahlian, kebijaksanaan atau pengalaman praktis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat adalah cinta dan kebijaksanaan.[1] Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut “philosophos” atau “failasuf” dalam ucapan Arab-nya.
Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir. Filsafat adalah ilmu tentang wujud-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh (al-maujudah bi al-‘ilal al-ba’idah), yakni pengetahuan yang yakin sampai pada sebab-sebab segala sesuatu.
Dalam bahasa Al-Qur’an, dakwah terambil dari kata د عا – يد عو – د عو ة yang secara lughawi memiliki kesamaan makna dengan al-nida yang berarti menyeru atau memanggil.[2]
Adapun dari tinjauan aspek terminologi, pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebaikan dan  petunjuk  Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk suapaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Pengertian dakwah yang dimaksud menurut Ali Mahfuz lebih dari sekadar ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentikan dengan keduanya. Lebih dari itu, dakwah juga meliputi tulisan (bi al qalam) dan perbuatan sekaligus keteladanan (bi al hal wa al qudwah). Untuk mewujudkan sistem tersebut, Menurut M. Quraisy Shihab diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.[3]
Dilihat dari definisi kedua kata diatas, maka filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku seorang Islam) dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para da’i dan mubalig, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh Islam.[4]

2.      Ruang Lingkup Filsafat Dakwah
a.       Objek material fisafat
Menurut Rene Descartes objek material filsafat meliputi Tuhan, alam, dan manusia.  Namun, menurut Louis Kattsoff objek filsafat itu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui oleh manusia. Sejala dengan Kattsoff adalah Oemar Amin Hoesen yang mengatakan bahwa manusia mempunyai pikiran atau akal yang aktif. Dengan akal aktif tersebut, manusia mempunyai kecenderungan berpikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada, dan yang mungkin ada. Objek tersebut adalah menjadi objek material filsafat.
b.      Objek formal filsafat
Dijelaskan oleh I. R. Pudjawijatna, objek formal adalah objek materi yang disoroti oleh suatu ilmu, maka berbeda dengan teologi sekalipun antara keduanya mempunyai objek materia yang sama yaitu tentang ketuhanan. Filsafat juga berbeda dengan sosiologi sekalipun antara keduanya sama-sama mempunyai objek materia yang sama yaitu manusia. Karena perbedaannya itu maka tidak salah bila Endang Saifuddin Anshari menyebut bahwa filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Sementara Fuad Hasan menyebutkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal. Radikal dalam arti mulai radixnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjagaan yang radikal, filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Jadi, objek formal filsafat adalah berpikir radikal, universal, dan mendasar tentang hakikat kebenaran Tuhan, alam, dan manusia sebagai objek material filsafat.
c.       Objek materia ilmu dakwah
Objek materia ilmu dakwah adalah manusia. Manusia digambarkan oleh Allah SWT, dalam Al-Qur’an sebagai mahkluk ang terpuji atau kholifah dan juga diebut tercel atau terkutuk (mahkluk yang bodoh atau  dlolim). Karena keunikannya itulah Murtadho Mutahari menyebutnya sebagai manusia yang mempnyai sifat ganda setengahnya dipuji dan setengahnya dikutuk.
Untuk itu sebagai objek ilmu dakwah manusia diharapkan mampu menyerap pesan-pesan dakwah yang diterimanya dalam rangka mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, untuk dapat terealisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan keimanan manusia dapat menggunakan ilmu yang diberikan Allah dengan memanfaatkannya dalam kehidupan.
Salig mengenal, saling memahami dan saling menghargai pebedaan diantara manusia sebagai objek dakwah menjadikan keterpecahan mejadi kebersaman dalam menuju Taqwallah.
d.      Objek Formal Ilmu Dakwah
Objek formal ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang proses transformasi ajaran islam dalam suatu aktifitas orang beriman untuk kemaslahatan dan keselamatan manusia didunia sampai akhirat kelak.
Adanya proses transformasi berarti ada kegiatan dakwah yang terukur dan terkendali. Adanya ajaran islam sebagai materi dari kegiatan dakwah. Adanya orang beriman, perorangan, kelompok, atau kelembagaan seperti da’i yang melaksanakan proses transformasi atau kegiatan dakwah. Adaya umat manusia adalah sebagai Mad’u. adanya metodologi digunakan saat transformasi sesuai dengan kebutuhan. Adanya target adalah tujuan yang ingin dicapai. Adanya sistematika pembahasan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjwakan.
Tidak kalah pentingnya dalam pengembangan objek formal ilmu dakwah adalah rumusan visi dan misi agar ditingkat pelaksanaan, dakwah tidak menemukan kegagalan. Visi yang dikehendaki dalam pelaksanaan dakwah adalah berlakunya ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam seluruh tataran kehidupan untuk keselamatan dan kebahagian manusia dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan visi dakwah alam tataran kehidupan diperlukan ketiga macam misi, yaitu : pelaksaan dakwah dengan hikmah, mau’idhoh hasanah, dan mujadalah atau dialog yang lebih baik.
e.       Objek materia dan objek formal ilmu dakwah
Dengan ditetapkannya objek ilmu dakwah baik secara materia maupun secara formal, maka secara keseluruhan ketetapan-ketetapan tersebut menjadi objek materia dari filsafat dakwah, sementara objek formalnya adalah berfikir secara mendalam, radikal dan universal, untuk mendapatkan suatu kebenaran sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Hal tersebut dilakukan karena masih banyak persoalan dakwah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dakwah. [5]




[1] Dr. Maftukhin, M.Ag, Filsafat Islam, Yogyakarta: Teras, 2012, hlm: 1-2
[2] Muhammad Hasan Al-Jamsi, Al- Da’wat Al-Islamiyah Al-Muasirah, Damaskus: Dar al Rasyid, hlm: 24
                [3]Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992, hlm: 194
[5] M. Hasyim Syamhudi, Filsafar dakwah, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2014, hlm: 21-32

1 komentar: