HADITS TEMATIK MD
Pengorganisasian Dakwah
1.
Pengorganisasian Dakwah
Pengorganisasian
atau “Al-thanzim” dalam pandangan
Islam bukan semata-mata merupakan wadah, tetapi lebih menekankan bagaimana
pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis. Terdapat dalam
QS Al-Shaff [61]: 4.
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti
suatu bangunan yang tersusun tersusun kokoh.”[1]
Pada ayat 4 Allah menerangakan, bahwa Dirinya
menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dengan manajemen barisan yang
sistematis. Allah membeberkan sifat orang-orang Yahudi terhadap dakwah Nabi
Musa dan Nabi Isa dan mengisahkan penderitaan mereka berdua alami dalam
berdakwah dijalan Allah. Hal tersebut dikisahkan untuk menghibur Rasul (sebagai
da’i dan manajer), agar lebih tabah menghadapi perkembangan dari orang-orang
kafir Quraisy, serta makin semangat melaksanakan dakwah.[2]
Sedangkan Hadits Nabi
Muhammad SAW:
روى الإمام البيهقي رحمه الله عن أم المؤمنين عَائِشَةَ بنت الصديق رَضِيَ الله عَنْهَا وعن أبيها أنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهصلى الله عليه وسلم : إن اللهَ تَعَالى يُحِبُّ إذَاعَمِلَ أحَدَكُمْ عَمَلًا أنْ يُتْقِنَهُ ...الحديث.
“Allah sangat menyukai jika seseorang melakukan
perbuatan terutama dilakukan dengan itqam
(kesungguhan dan keseriusan)” (HR Thabrani)[3]
Organisasi adalah suatu lembaga atau kelompok
fungsional. Sedangkan pengorganisasian diartikan sebagai kumpulan orang dengan
sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Mahmud Hawary :
menjalankan sesuatu sesuai dengan fungsinya, demikian juga setiap anggotanya
dan merupakan ikatan dari anggota perorangan terhadap yang lain, guna melakukan
suatu tindakan yang tepat, menuju suksesnya fungsi masing-masing. Maka dapat
disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan
kerjasama manusia ada struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung
jawab untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
organisasi dan pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dari manajemen.[4]
Tugas para da’i adalah
merancang sebuah struktur organisasi yang memungkinkan mereka untuk mengerjakan
program dakwah secara efektif dan efisisen untuk mencapai sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan organisasi. Ada dua poin yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian,
yaitu:
1.
Organizational Design (desain organisasi)
Organizational Structure (struktur organisasi) adalah kerangka kerja formal
organisasi yang dengan kerangka itu tugas-tugas jabatan dibagi-bagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan.
2.
Organizational Structure (struktur organisasi)
Organizational Design (desain organisasi) yaitu suatu proses yang
melibatkan keputusan-keputusan mengenai spesialisasi kerja, departementalisasi,
rantai komando, rentang kendali, sentralisasi, desentralisasi, serta
formalisasi.
Jadi pengorganisasian
dakwah itu pada hakikatnya adalah sebagai tindakan pengelompokkan, seperti
subjek dakwah, objek dakwah, dan lain-lain. Hadis Nabi Muhammad SAW dapat
dijadikan sandaran dalam sebuah pengorganisasian, yaitu:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ, الإمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ, وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أهْلِهِ وَهُوَمَسْؤولٌعَنْ رَعِيَّتِهِ, وَاْلمَرْأةُ رَاعِيَة فِي بَيْتِ زَوْجِهَاوَمَسْؤولةٌعَنْ رَعِيَّتِهَا, وَاْلخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِوَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ,-......
“Kalian adalah
pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian.
Seoarng penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh
keluarganya, demikian pula seorang istri adalah pemimpin atas rumah suami dan
anaknya. Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinan kalian……”
أبي ذرعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال اثنان خيرمن واحد وثلاث خيرمن اثنين وأربعة خيرمن ثلاثة فعليكم بالجماعة فإن الله عزوجل لن يجمع أمتي إلاعلى هدى
“Dua orang itu lebih baik daripada satu, tiga orang
lebih baik dari dua orang dan empat orang itu lebih baik daripada dua orang,
maka berjamaahlah kamu sekalian, sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat
kami kepadanya ada petunjuk.” (HR Bukhari)[5]
2.
Prinsip-prinsip Dasar Organisasi dan Manajemen Dakwah
a.
Prinsip
konsolidasi
Prinsip
ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan
mantap dan stabil, baik lahiriah maupun batiniah. (QS Ali Imran [3]: 103)
b.
Prinsip
koordinasi
Prinsip
ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dalam
satu komando. (QS Al-Shaff [61]: 14)
c.
Prinsip tajdid
Organisasi
dakwah harus selalu tampil prima dan enegik, penuh vitalitas dan inovatif, personal-personalnya
harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman. (QS Al-Mujadalah [58]: 11)
d.
Prinsip ijtihad
Ijtihad yaitu mencari berbagai terobosan hukum sebagai jalan
keluar untuk mencapai tujuan. (QS Al-Ankabut [29]: 69)
e.
Prinsip
pendanaan dan kaderisasi
Organisasi
dakwah harus berusaha mendapatkan bantuan dana yang realistik dan diusahakan
secara mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat. Organisasi
dakwah dengan manajemen yang baik juga harus menyiapkan kader yang andal dan profesional
sehingga tidak terjadi kevakuman gerak dari waktu ke waktu. (QS Al-Ma’arij
[70]: 24 dan QS Al-Fath [48]: 29)
f.
Prinsip
Komunikasi
Setiap
organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif karena dakwah
bersifat mengajak. Meskipun esensi dakwah menyampaikan kebenaran, dan
kadangkala kebenaran itu bersifat keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya
dituntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga
betapapun pahitnya, umat tidak antipati, melainkan tetap dapat menerima dan
memahami dengan akal yang sehat. (QS Al-Zumar [39]: 18)
g.
Prinsip Tabsyir wa Taisir
Kegiatan
dakwah harus dilaksanakan dengan prinsip menggembirakan dan mudah.
Menggembirakan berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang,
membuka cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan.
Mudah dari sudut pemahaman pesan atau materi dakwah, pelaksanaan dan pengamalan
pesan-pesan dakwah yang disampaikan. (QS Saba’ [34]: 28)
h.
Prinsip Integral
dan Komprehensif
Pelaksanaan
dakwah harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan dan
menyeluruh dari segenap strata sosial masyarakat. (QS Al-Anbiya’ [21]: 107)
i.
Prinsip
Penelitian dan Pengembangan
Semua
rekaman sejarah dan dokumen dakwah Rasulullah SAW harus diikuti dengan penelitian
dan pengkajian yang serius, sehingga sejarah masa lalu dapat dijadikan jembatan
yang berharga untuk melanjutkan rencana dakwah masa depan yang panjang. (QS
Al-Kahfi [18]: 13 dan 14 serta QS Al-Rahman [55]: 33)
j.
Prinsip Sabar
dan Istiqamah
Nilai-nilai
dasar sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat
melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai
kebutuhan umat. (QS Al-Fushilat [41]: 30)
3.
Bentuk-bentuk Organisasi Dakwah
1)
Organisasi garis
Bentuk
ini menjelaskan bahwa kekuasaan pimpinan langsung kepada kepala bagian dan
kemudian kepada staf.
2)
Organisasi garis
dan staf
Bentuk
ini merupakan kombinasi pemberdayaan antara pengawasan langsung oleh atasan
kepada bawahan dan spesialisasi bagi staf dalam organisasi tersebut.
3)
Organisasi
fungsioal
Bentuk
ini masing-masing kepala bagian adalah spesialis dan para staf masih
dikendalikan oleh beberapa pimpinan.
4)
Organisasi
komite
Organisasi
komite merupakan asas “Brainstorming” (arah
pendapat antara berbagai unit fungsional dalam aktivitas organisasi).
5)
Organisasi
matriks
Organisasi
ini biasa disebut dengan organisasi manajemen proyek, yaitu struktur
pengorganisasian yang spesialisasi antarbagiannya dipadukan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu.[6]
4.
Langkah-langkah Pengorganisasian Dakwah
Menurut
Rosyad Shaleh, langkah-langkah pengorganisasian dakwah diantaranya adalah
sebagai berikut:
a)
Membagi-bagi dan menggolong-golongkan
tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu.
b)
Menentukan dan merumuskantugas dari
masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksana atau da’i untuk melakukan
tugas tersebut.
c)
Memberikan wewenang kepada masing-masing
pelaksana.
d)
Menetapkan jalinan hubungan.
Adapun
langkah-langkah pengorganisasian dakwah yang lain diantaranya:
a)
Penentuan spesialisasi kerja
Spesialisasi
kerja diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan
yang ditekuninya, dan tugas-tugas organisasi dibagi menjadi
pekerjaaan-pekerjaan terpisah “pembagian kerja”.
b)
Mendepertementalisasi dakwah
Setelah
unit kerja dibagi-bagi melalui spelisasi kerja maka selanjutnya diperlukan
pengelompokkan pekerjaan –pekerjaan yang diklasifikasikan melalui spesialiasi
kerja, sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikelompokkan secara
sama-sama, sehingga dapat di koordinasikan.
c)
Menentukan rantai komando
Rantai
komando adalah sebuah garis wewenang yang tidak terputus membentang dari
tingkat atas organisasi terus sampai tingkat paling bawah dan menjelaskan hasil
kerja dakwah ke depertemen masing-masing.rantai ini memberikan sebuah kemudahan
bagi para da’i untuk menentukan siapa siapa yang harus dituju jika mereka
menemui permasalahan dan juga kepada siapa mereka bertanggung jawab.
d)
Rentang kendali
Rentang
kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah bawahan yang dapat disurvei
oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
e)
Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi
diartikan sebagai kadar sampai dimana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada
tingkat atas organisasi.Konsep ini hanya mencakup pada wewenang formal, yaitu
hak-hak yang inhern dalam posisi seseorang. Sementara desentralisasi adalah pengalihan
wewenang untuk membuat keputusan ke tungkat yang lebih rendah dalam suatu
organisasi.
f)
Menformalisasi dakwah
Formalisasi
dakwah adalah sejauh mana pekerjaan atau tugas-tugas dakwah dalam sebuah
organisasi dakwah dibakukan dan sejauh man tingkah laku, skill, dan
keterampilan para da’i dibimbing dan diarahkan secara prosedural oleh
peraturan.
g)
Penentuan strategi dan struktur dakwah
Struktur
organisasi dakwah adalah sarana untuk menolong para manajer dalam mencapai
sasaran, karena sasaran dakwah itu dirumuskan dari strategi
organisasi.tegasnya, struktur organisasi dakwah harus mengikuti strategi
strategi dakwah.
Strategi
dan struktur dakwah difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut:
1)
Inovasi para
pelaku dakwah yang akan mencerminkan usaha organisasi untuk mengejar inovasi
menghadapi mad’u.
2)
Minimalisasi
biaya yang mencerminkan usaha organisasi untuk melakukan pengendalian biaya
secara ketat dalam aktivitas dakwah.
Faktor
yang mempengaruhi strategi dan struktur dakwah dalam pengorganisasiannya adalah
takaran, teknologi, dan ketidakpastian lingkungan.
h)
Penyelenggaraan dan desain organisasi
dakwah
Para
da’i baik dalam satu tim atau perorangan membutuhkan informasi untuk mengambil
keputusan dan menentukan strategis dakwah. ”penggunaan teknologi informasi sangat
mempengaruhi cara anggota organisasi dakwah dalam berkomunikasi, menyampaikan
informasi, dan dalam melaksanakan aktivitas mereka.[7]
Berikut
ini adalah desain pengorganisasian dakwah:
1)
Organisasi yang
mekanistik
Struktur organisasi
mekanistik adalah sebuah struktur organisasi yang dicirikan oleh spesialisasi
yang tinggi, departementalisasi yang luas, rentang kendali yang sempit,
normalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang tertulis, dan partisipasi yang
kecil dalam pengembalian keputusan dan pekerja dibawahnya.
2)
Organisasi
organik
Organisasi organik
adalah suatu struktur pengorganisasian yang sangat adaptif dan fleksibel dengan
spesialisasi kerja yang sedikit, formalisasi yang minimal, dan supervise langsung ke para pekerja junior.
Dalam organisasi organik ini dilakukan pembagian kerja bagi para da’i dan
mereka diberikan kuasa penuh untuk menangani masalah yang terjadi pada mad’u.
Terdapat
hubungan antara komunikasi dan desain organisasi dakwah. Komunikasi dan
penukaran informasi diantara para anggota organisasi tidak lagi dibatasi oleh
ruang dan waktu. Para da’i dapat mengakses informasi kapan dan dimana pun.
Sedangkan
implikasinya terhadap desain organisasi dakwah sekarang, yang berbasis tim,
tanpa batas, tidak akan terlaksana tanpa ketersediaan, dan mudahnya mengakses
informasi yang dimungkinkan oleh sarana teknologi.
5.
Tujuan Pengorganisasian
1)
Membagi
kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen atau divisi-divisi dan
tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.
2)
Membagi kegiatan
dakwah serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atau
tugas dakwah.
3)
Mengoordinasikan
berbagai tugas organisasi dakwah.
4)
Mengelompokkan
pekerjaan-pekerjaan dakwah ke dalam unit-unit.
5)
Membangun
hubungan dikalangan da’i, baik secara individual, kelompok dan departemen.
6)
Menetapkan
garis-garis wewenang formal.
7)
Mengalokasikan
dan memberikan sumber daya organisasi dakwah.
8)
Dapat
menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah secara logis dan sistematis.[8]
Sedangkan tujuan dan manfaat organisasi menurut
Usman adalah mengatasi terbatasnya kemampuan yang dimiliki, mencapai tujuan
secara lebih efektif, organisasi memanfaatkan sumber daya dan teknologi
bersama-sama yang mendapatkan jabatan dan pembagian kerja, mengelola lingkungan
bersama-sama, mencari keuntungan bersama-sama, wadah menggunakan kekuasaan dan
pengawasan mendapatkan penghargaan dan memenuhi kebutuhan manusia.[9]
[1] Mushaf Al-Azhar. Bandung: Jabal. 2010. hlm: 551
[2] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang:
Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 183
[3] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali
Pers. 2012. hlm: 291
[4] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang:
Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 185-189
[5] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali
Pers. 2012. hlm: 292
[6] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali
Pers. 2012. hlm: 292-296
[8] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali
Pers. 2012. hlm: 296-298
[9] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang:
Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar