Sabtu, 26 November 2016

Pengorganisasian Dakwah (Hadits Tematik MD)

HADITS TEMATIK MD
Pengorganisasian Dakwah

1.      Pengorganisasian Dakwah
Pengorganisasian atau “Al-thanzim” dalam pandangan Islam bukan semata-mata merupakan wadah, tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis. Terdapat dalam QS Al-Shaff [61]: 4.
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun tersusun kokoh.”[1]
Pada ayat 4 Allah menerangakan, bahwa Dirinya menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dengan manajemen barisan yang sistematis. Allah membeberkan sifat orang-orang Yahudi terhadap dakwah Nabi Musa dan Nabi Isa dan mengisahkan penderitaan mereka berdua alami dalam berdakwah dijalan Allah. Hal tersebut dikisahkan untuk menghibur Rasul (sebagai da’i dan manajer), agar lebih tabah menghadapi perkembangan dari orang-orang kafir Quraisy, serta makin semangat melaksanakan dakwah.[2]
Sedangkan Hadits Nabi Muhammad SAW:
روى الإمام البيهقي رحمه الله عن أم المؤمنين عَائِشَةَ بنت الصديق رَضِيَ الله عَنْهَا وعن أبيها أنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهصلى الله عليه وسلم : إن اللهَ تَعَالى يُحِبُّ إذَاعَمِلَ أحَدَكُمْ عَمَلًا أنْ يُتْقِنَهُ ...الحديث.
“Allah sangat menyukai jika seseorang melakukan perbuatan terutama dilakukan dengan itqam (kesungguhan dan keseriusan)” (HR Thabrani)[3]
Organisasi adalah suatu lembaga atau kelompok fungsional. Sedangkan pengorganisasian diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Mahmud Hawary : menjalankan sesuatu sesuai dengan fungsinya, demikian juga setiap anggotanya dan merupakan ikatan dari anggota perorangan terhadap yang lain, guna melakukan suatu tindakan yang tepat, menuju suksesnya fungsi masing-masing. Maka dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan kerjasama manusia ada struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa organisasi dan pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dari manajemen.[4]
Tugas para da’i adalah merancang sebuah struktur organisasi yang memungkinkan mereka untuk mengerjakan program dakwah secara efektif dan efisisen untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan organisasi. Ada dua poin yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian, yaitu:
1.      Organizational Design (desain organisasi)
Organizational Structure (struktur organisasi) adalah kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka itu tugas-tugas jabatan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.
2.      Organizational Structure (struktur organisasi)
Organizational Design (desain organisasi) yaitu suatu proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi, desentralisasi, serta formalisasi.
Jadi pengorganisasian dakwah itu pada hakikatnya adalah sebagai tindakan pengelompokkan, seperti subjek dakwah, objek dakwah, dan lain-lain. Hadis Nabi Muhammad SAW dapat dijadikan sandaran dalam sebuah pengorganisasian, yaitu:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ, الإمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ, وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أهْلِهِ وَهُوَمَسْؤولٌعَنْ رَعِيَّتِهِ, وَاْلمَرْأةُ رَاعِيَة فِي بَيْتِ زَوْجِهَاوَمَسْؤولةٌعَنْ رَعِيَّتِهَا, وَاْلخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِوَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ,-......
“Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seoarng penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang istri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian……”
أبي ذرعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال اثنان خيرمن واحد وثلاث خيرمن اثنين وأربعة خيرمن ثلاثة فعليكم بالجماعة فإن الله عزوجل لن يجمع أمتي إلاعلى هدى
“Dua orang itu lebih baik daripada satu, tiga orang lebih baik dari dua orang dan empat orang itu lebih baik daripada dua orang, maka berjamaahlah kamu sekalian, sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat kami kepadanya ada petunjuk.” (HR Bukhari)[5]

2.      Prinsip-prinsip Dasar Organisasi dan Manajemen Dakwah
a.       Prinsip konsolidasi
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan stabil, baik lahiriah maupun batiniah. (QS Ali Imran [3]: 103)
b.      Prinsip koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dalam satu komando. (QS Al-Shaff [61]: 14)
c.       Prinsip tajdid
Organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan enegik, penuh vitalitas dan inovatif, personal-personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman. (QS Al-Mujadalah [58]: 11)
d.      Prinsip ijtihad
Ijtihad yaitu mencari berbagai terobosan hukum sebagai jalan keluar untuk mencapai tujuan. (QS Al-Ankabut [29]: 69)
e.       Prinsip pendanaan dan kaderisasi
Organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan bantuan dana yang realistik dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat. Organisasi dakwah dengan manajemen yang baik juga harus menyiapkan kader yang andal dan profesional sehingga tidak terjadi kevakuman gerak dari waktu ke waktu. (QS Al-Ma’arij [70]: 24 dan QS Al-Fath [48]: 29)
f.       Prinsip Komunikasi
Setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif karena dakwah bersifat mengajak. Meskipun esensi dakwah menyampaikan kebenaran, dan kadangkala kebenaran itu bersifat keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya dituntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipati, melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat. (QS Al-Zumar [39]: 18)
g.      Prinsip Tabsyir wa Taisir
Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsip menggembirakan dan mudah. Menggembirakan berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang, membuka cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan. Mudah dari sudut pemahaman pesan atau materi dakwah, pelaksanaan dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. (QS Saba’ [34]: 28)
h.      Prinsip Integral dan Komprehensif
Pelaksanaan dakwah harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan dan menyeluruh dari segenap strata sosial masyarakat. (QS Al-Anbiya’ [21]: 107)
i.        Prinsip Penelitian dan Pengembangan
Semua rekaman sejarah dan dokumen dakwah Rasulullah SAW harus diikuti dengan penelitian dan pengkajian yang serius, sehingga sejarah masa lalu dapat dijadikan jembatan yang berharga untuk melanjutkan rencana dakwah masa depan yang panjang. (QS Al-Kahfi [18]: 13 dan 14 serta QS Al-Rahman [55]: 33)
j.        Prinsip Sabar dan Istiqamah
Nilai-nilai dasar sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat. (QS Al-Fushilat [41]: 30)

3.      Bentuk-bentuk Organisasi Dakwah
1)      Organisasi garis
Bentuk ini menjelaskan bahwa kekuasaan pimpinan langsung kepada kepala bagian dan kemudian kepada staf.
2)      Organisasi garis dan staf
Bentuk ini merupakan kombinasi pemberdayaan antara pengawasan langsung oleh atasan kepada bawahan dan spesialisasi bagi staf dalam organisasi tersebut.
3)      Organisasi fungsioal
Bentuk ini masing-masing kepala bagian adalah spesialis dan para staf masih dikendalikan oleh beberapa pimpinan.
4)      Organisasi komite
Organisasi komite merupakan asas “Brainstorming” (arah pendapat antara berbagai unit fungsional dalam aktivitas organisasi).
5)      Organisasi matriks
Organisasi ini biasa disebut dengan organisasi manajemen proyek, yaitu struktur pengorganisasian yang spesialisasi antarbagiannya dipadukan untuk melaksanakan aktivitas tertentu.[6]

4.      Langkah-langkah Pengorganisasian Dakwah
Menurut Rosyad Shaleh, langkah-langkah pengorganisasian dakwah diantaranya adalah sebagai berikut:
a)            Membagi-bagi dan menggolong-golongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu.
b)            Menentukan dan merumuskantugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksana atau da’i untuk melakukan tugas tersebut.
c)            Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana.
d)           Menetapkan jalinan hubungan.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian dakwah yang lain diantaranya:
a)            Penentuan spesialisasi kerja
Spesialisasi kerja diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuninya, dan tugas-tugas organisasi dibagi menjadi pekerjaaan-pekerjaan terpisah “pembagian kerja”.
b)            Mendepertementalisasi dakwah
Setelah unit kerja dibagi-bagi melalui spelisasi kerja maka selanjutnya diperlukan pengelompokkan pekerjaan –pekerjaan yang diklasifikasikan melalui spesialiasi kerja, sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikelompokkan secara sama-sama, sehingga dapat di koordinasikan.
c)            Menentukan rantai komando
Rantai komando adalah sebuah garis wewenang yang tidak terputus membentang dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat paling bawah dan menjelaskan hasil kerja dakwah ke depertemen masing-masing.rantai ini memberikan sebuah kemudahan bagi para da’i untuk menentukan siapa siapa yang harus dituju jika mereka menemui permasalahan dan juga kepada siapa mereka bertanggung jawab.
d)           Rentang kendali
Rentang kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah bawahan yang dapat disurvei oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
e)            Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi diartikan sebagai kadar sampai dimana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada tingkat atas organisasi.Konsep ini hanya mencakup pada wewenang formal, yaitu hak-hak yang inhern dalam posisi seseorang. Sementara desentralisasi adalah pengalihan wewenang untuk membuat keputusan ke tungkat yang lebih rendah dalam suatu organisasi.
f)             Menformalisasi dakwah
Formalisasi dakwah adalah sejauh mana pekerjaan atau tugas-tugas dakwah dalam sebuah organisasi dakwah dibakukan dan sejauh man tingkah laku, skill, dan keterampilan para da’i dibimbing dan diarahkan secara prosedural oleh peraturan.
g)            Penentuan strategi dan struktur dakwah
Struktur organisasi dakwah adalah sarana untuk menolong para manajer dalam mencapai sasaran, karena sasaran dakwah itu dirumuskan dari strategi organisasi.tegasnya, struktur organisasi dakwah harus mengikuti strategi strategi dakwah.
Strategi dan struktur dakwah difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut:
1)            Inovasi para pelaku dakwah yang akan mencerminkan usaha organisasi untuk mengejar inovasi menghadapi mad’u.
2)            Minimalisasi biaya yang mencerminkan usaha organisasi untuk melakukan pengendalian biaya secara ketat dalam aktivitas dakwah.
Faktor yang mempengaruhi strategi dan struktur dakwah dalam pengorganisasiannya adalah takaran, teknologi, dan ketidakpastian lingkungan.
h)            Penyelenggaraan dan desain organisasi dakwah
Para da’i baik dalam satu tim atau perorangan membutuhkan informasi untuk mengambil keputusan dan menentukan strategis dakwah. ”penggunaan teknologi informasi sangat mempengaruhi cara anggota organisasi dakwah dalam berkomunikasi, menyampaikan informasi, dan dalam melaksanakan aktivitas mereka.[7]
Berikut ini adalah desain pengorganisasian dakwah:
1)            Organisasi yang mekanistik
Struktur organisasi mekanistik adalah sebuah struktur organisasi yang dicirikan oleh spesialisasi yang tinggi, departementalisasi yang luas, rentang kendali yang sempit, normalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang tertulis, dan partisipasi yang kecil dalam pengembalian keputusan dan pekerja dibawahnya.
2)            Organisasi organik
Organisasi organik adalah suatu struktur pengorganisasian yang sangat adaptif dan fleksibel dengan spesialisasi kerja yang sedikit, formalisasi yang minimal, dan supervise langsung ke para pekerja junior. Dalam organisasi organik ini dilakukan pembagian kerja bagi para da’i dan mereka diberikan kuasa penuh untuk menangani masalah yang terjadi pada mad’u.
Terdapat hubungan antara komunikasi dan desain organisasi dakwah. Komunikasi dan penukaran informasi diantara para anggota organisasi tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Para da’i dapat mengakses informasi kapan dan dimana pun.
Sedangkan implikasinya terhadap desain organisasi dakwah sekarang, yang berbasis tim, tanpa batas, tidak akan terlaksana tanpa ketersediaan, dan mudahnya mengakses informasi yang dimungkinkan oleh sarana teknologi.

5.      Tujuan Pengorganisasian
1)      Membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.
2)      Membagi kegiatan dakwah serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atau tugas dakwah.
3)      Mengoordinasikan berbagai tugas organisasi dakwah.
4)      Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan dakwah ke dalam unit-unit.
5)      Membangun hubungan dikalangan da’i, baik secara individual, kelompok dan departemen.
6)      Menetapkan garis-garis wewenang formal.
7)      Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi dakwah.
8)      Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah secara logis dan sistematis.[8]
Sedangkan tujuan dan manfaat organisasi menurut Usman adalah mengatasi terbatasnya kemampuan yang dimiliki, mencapai tujuan secara lebih efektif, organisasi memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama yang mendapatkan jabatan dan pembagian kerja, mengelola lingkungan bersama-sama, mencari keuntungan bersama-sama, wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan mendapatkan penghargaan dan memenuhi kebutuhan manusia.[9]




[1] Mushaf Al-Azhar. Bandung: Jabal. 2010. hlm: 551
[2] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang: Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 183
[3] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers. 2012. hlm: 291
[4] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang: Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 185-189
[5] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers. 2012. hlm: 292
[6] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers. 2012. hlm: 292-296
[8] Drs. Wahidin Saputra, M. A. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers. 2012. hlm: 296-298
[9] Yuyun Affandi. Tafsir Kontemporer Ayat-Ayat Dakwah. Semarang: Karya Abadi Jaya. 2015. hlm: 189

Tidak ada komentar:

Posting Komentar